Cara Menghadapi Krisis Organisasi Dengan Metode 5R

Cara Menghadapi Krisis Organisasi

Setiap orang diciptakan sebagai individu sekaligus melekat predikat makhluk sosial. Dalam kehidupan sosial, dikenal istilah pemimpin dan pengikut. Dikatakan pemimpin jika dia memiliki pengaruh terhadap publik atau pengikutnya tersebut.

Kita sebagai seorang individu, juga dikategorikan sebagai pemimpin

kok bisa? tentunya, karena kita berhak untuk memimpin diri kita sendiri untuk sebagaimanapun yang kita mau dan pasti tanggung jawab melekat menjadi bagian yang tak terpisahkan

Sebagai seorang pemimpin, memanglah tidak mudah. Banyak tantangan dari sisi internal dan eksternal. Seiring datang menghampiri disetiap kesempatan yang ada.

Mengutip salah satu quote bahwa,

"Tidak ada pelaut hebat dilautan yang tenang"

hal ini menandakan bahwa pelaut hebat ditempa dilautan dengan badai, gelombang, kecakapan, kompetensi dan kepribadian yang seimbang sehingga menghasilkan pelaut yang hebat tersebut

Hal ini jika kita kaitkan dengan case pemimpin, pada intinya sama. Hadirnya seorang pemimpin terbaik itu memang karena tempaan atas kerasnya kehidupan yang telah pemimpin itu jalani selama ini.

Berbagai pengalaman itulah yang menjadi bekal baik untuk pemimpin dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada. Namun pemimpin adalah seorang manusia yang tetap memiliki kesalahan dan kekurangan.

Terlebih jika ada kendala yang disebabkan oleh kondisi eksternal yang seringkali sukar ditanggulangi walaupun sudah ada rencana preventif

Lantas bagaimana?

Akupun yakin dengan hasil riset dari Mckinsey yang satu ini dengan menerapkan metode 5R, maka pemimpin akan semakin komplit dalam mengelola apapun yang menjadi amanah serta tanggung jawabnya.

Apa saja metode 5R dalam menghadapi krisis tersebut?

Kita mulai pembahasannya ya 😉

1. Resolve (Menyelesaikan)


Jika kamu diberikan amanah untuk menjadi pemimpin dan sewaktu dilanda oleh krisis tertentu, apa yang pertama kali kamu lakukan?

Merenung? optimis? atau bahkan pasrah?

Sedangkan timmu dan bahkan bahtera yang sedang kamu nahkodai sedang terombang ambing semakin tidak karuan jalannya?

Aku apresiasi bagi pemimpin yang menjawab dengan lantang dengan jawaban OPTIMIS.

Mengapa optimis?

Setiap pemimpin ditakdirkan untuk dapat membawa timnya menuju suatu tempat dan situasi sebagaimana harapan bersama. Dan disitulah fase tantangannya yaitu bersikap optimis walaupun realita berkebalikannya.

Setelah sikap optimis, selanjutnya yaitu memulai niat menyelesaikan setiap masalah yang ada mulai dari mikro hingga makro.

Pemimpin dituntut untuk menyeimbangkan berbagai aspek agar tetap berada pada frekuensi, situasi dan kondisi yang kondusif dikala badai yang menghampiri.


2. Resilience (Peka nan Berempati)


Modal niat memanglah penting, tapi itu hanya sekadar jadi niat biasa ketika tidak diiringi oleh kepekaan atas permasalahan yang menimpa

Sikap peka dapat menjadi modal bagi kita agar bisa melihat lebih jernih terhadap masalah yang ada.

Begitupula sikap empati yang tidak sekadar perasaan iba saja, namun juga tindakan konkrit untuk memulai merumuskan perbaikan disetiap lini yang perlu untuk diperbaiki dan diimprove agar lebih baik

Semangat inilah yang patut kita pakai sebagai langkah awal untuk mengkokohkan langkah memulai melaksanakannya ..

Lantas bagaimana memulainya?

> Baca Juga: Kenali 3 Jenis Mindset Seorang Pemimpin




3. Return (Bangkit)


Inilah fase dimana komitmen, niat, kepekaan akan dilebur menjadi sebuah aksi nyata bagi seorang pemimpin.

Pembuktian bahwa pemimpin ini memanglah berpengalaman, memiliki semangat untuk bangkit setelah mengalami situasi dan kondisi yang kurang bersahabat dengannya maupun timnya

Mulai dengan konsolidasi semua sumber daya secara terorganisir untuk memulai tiap-tiap perencanaan yang telah dibuat menjadi langkah penyelesaian yang konkrit

Tidak ada drama, maupun hal lainnya kecuali fokus pada solusi melalui aksi yang tepat atas krisis tersebut

Inilah yang menjadi titik terang bagi seorang pemimpin untuk menegaskan bahwa dirinya memanglah seorang yang berdedikasi atas kepentingan bersama


4. Reimagination (Membayangkan)


Tidak cukup sampai disitu saja, karena aksi tanpa gambaran yang tepat juga akan membawa pada sisi kelam lainnya. Ini perlu kita pahami bersama karena kita tidak ingin asal melangkah saja, melainkan dengan visi yang jelas sekalipun ada penyesuaian di beberapa sisi

Tidaklah masalah, fokusnya memiliki aksi konkrit yang berlandaskan visi relevan dengan situasi serta kondisi yang sedang terjadi

Ketepatan dan kecakapan pemimpin inilah yang sangat menentukan, tidak hanya bagaimana dapat membayangkan saja namun juga turut merumuskan bersama tim dan mengkomunikasikan ke setiap orang secara tepat untuk dilaksanakan sesuai rencana


5. Reform (Menginisiasi Pembaruan)


Berani untuk mengubah status quo?

Dan ternyata status quo itulah yang menjerumuskan tim pada kenestapaan?

Break the rules jawabannya, inilah jawaban dari para inovator kelas dunia.

Akupun meyakini dengan statement ini, pendekatan yang lebih inovatiflah yang akan membawa kita pada tatanan yang baru. Tapi apakah tatanan baru itu menjamin?

Belum tentu juga, tapi kita bisa mengkontrol situasi dan kondisi inikan?

Setidaknya lebih baik dibanding sikon sebelumnya kan?

Cara kita mengelola tatanan baru inilah yang akan menentukan budaya dan berkehidupan kedepan

Tidak ada salah maupun benar, intinya pada kemauan bersama untuk terus melangkah ke arah yang lebih baik. Jika dengan membuat tatanan baru membuat hidup lebih berkualitas, why not?

Jika masih meyakini dengan tatanan sebelumnya dan memang hanya butuh sedikit effort saja dianggap sudah teratasi, juga tidak salahkan?

Ini hanyalah perihal persepsi diri seorang pemimpin yang diberikan jalan luas membentang untuk memilah dan memilih rute terbaik bagi diri dan timnya

Kebijaksaaan pemimpin akan sangat diuji dan dengan diuji itulah kemapanan dalam memimpin akan terus berkembang menjadi panutan siapapun yang menjadi anggota maupun pengikutnya.


Kesimpulan

 
Setiap pemimpin tentu mengupayakan yang terbaik bagi timnya, terlepas dari keterbatasan yang ada tentu segala cara akan ditempuh serta merta sebagai bentuk tanggung jawab dan dedikasi atas amanah yang melekat pada dirinya.

Tentu diluar sana banyak metode yang dapat digunakan untuk menghadapi krisis. Namun menurutku, inilah metode yang komplit dapat mengakomodasi kepentingan yang lebih besar dibanding hanya mengunggulkan satu atau beberapa faktor saja.

Kamu berhak untuk menilai dan menggunakan mana yang lebih pas dengan ukuran maupun kapasitas dari timmu ya, fokus utamanya adalah kebaikan dan keselarasan untuk menjamin keberlangsungan tim saat ini hingga masa depan.

Semoga membantu 😊

Posting Komentar

0 Komentar