Makin Kenal Konsumen, Cuan Bisnisnya. Beneran?


Mengenal Lebih Dekat Jenis Konsumen di Indonesia


Stabilitas ekonomi dan politik tentu diidamkan oleh setiap pengusaha. Kepastian berbisnis menjadi kunci pertumbuhan secara berkelanjutan. Pengusaha dihadapkan dengan dilema, dengan masa recovery pasca pandemi. Tak usai muncul gejolak geopolitik dan situasi dalam negeri mendorong perubahan tatanan ekonomi, terlebih masifnya tren digitalisasi. 

Hal ini mendorong setiap pengusaha memahami perubahan kebiasaan konsumen tersebut. Berdasarkan sensus BPS, per semester I 2024 penduduk Indonesia mencapai 279 juta jiwa. Persis, nomor empat terbanyak di dunia 🔥

Kabar gembiranya, Indonesia memiliki momentum bonus demografi. Artinya, jumlah pekerja produktif (15-64 tahun) lebih besar dibanding penduduk yang tidak produktif. Serapan dan daya beli masyarakat akan meningkat terhadap suatu barang serta jasa ✨

Mengapa Penting?

Lanskap konsumen menyesuaikan dinamika industri dan kebutuhan secara berkala. Setelah memahami lanskapnya, kita perlu mendefinisikan siapa konsumen kita tersebut.

Bagaimana caranya? Simak terus ya 😄

Konsumen merupakan tokoh kunci yang ada di perekonomian. Adanya pasar, disitulah ada penjual, pembeli, transaksi, dan aspek lainnya yang saling berkaitan. Secara umum, konsumen merupakan orang atau kelompok yang membeli serta menggunakan produk tertentu sesuai preferensinya.

Konsumen dipengaruhi oleh berbagai aspek sebelum dirinya memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsi suatu produk tertentu. Sebagai pemilik brand, kita perlu memahami konsumen beserta kebiasaannya.
 
Berdasarkan kebiasaannya, konsumen di Indonesia ada lima jenis, diantaranya


1. Loyal Customer 😇

Bagi kamu yang telah memiliki bisnis, minimal ada penjualan berulang atau repeat order lebih dari tiga kali? Segera jalin hubungan baik dan dapatkan hatinya.

Konsumen loyal itu bentuk kepuasan terhadap produk dan layanan dari bisnis yang kamu miliki. Artinya, dia akan terus beli karena nilai yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan bahkan keinginannya.

Kesuksesan bisnis secara mayoritas ditentukan oleh 20% dari loyal customers. Penting bagi kita untuk melayani dengan sepenuh hati, pelanggan ini karena bukan saja potensi penjualan di kemudian hari namun beliau ini bisa jadi akan merekomendasikan produk Anda kepada keluarga bahkan koleganya.


2. Impulsive Shoppers


Mungkin kamu pernah impulsif. Hayo ada yang ngerasa? 😁

Impulsif Buying merupakan dorongan untuk membeli barang secara mendadakan dan tanpa berpikir panjang. Dorongan membeli ini biasanya disebabkan oleh faktor emosional dibanding logika. Keputusan ini dihasilkan dari sesuatu hal yang menarik. Bisa jadi diskon, special edition dan sebagainya.

Bagi pemilik brand, jadi kabar menggembirakan sekaligus memvalidasi aktivitas marketing yang efektif. Intinya, kombinasikan antara produk berkualitas, pengalaman berbelanja dan penawaran istimewa. Jangan lupa! Agar konsumen menjadi pelanggan, maka kamu perlu membangun brand yang kuat dibenak konsumen.




3. Bargain Hunters 🍿


Mungkin kita sering denger, beberapa ucapan ini:

"belanja kalo ada promonya aja"
"cari yang murah daripada branded"
"penting fungsinya daripada gengsi"

Toss! kita sama seringnya nih 😄

Mungkin 5 dari 10 orang akan sepakat. Jenis pembeli ini fokus ke fungsi dan mendewakan promo, Pokoknya murah. Kalo udah 'pokoknya' selisih 1.000 jadi bahan ibu-ibu komplek.

Uniknya, mereka lincah melihat peluang cuci gudang atau promo. Bisa dikatakan mereka bagian dari pembeli yang objektif dibanding sebagian besar konsumen yang ada.

Sebagai pemilik brand, kategori pembeli ini juga perlu dirawat. Mengingat, konsumen tergiur dengan penawaran spesial. Konsumen ini tergolong kaum 'Mendang-Mending', bisa jadi fanboy maupun haters dalam waktu sekejap hanya permasalahan harga aja. Dikala brand sedang cuci gudang, mereka berada di garda terdepan.

Kendalanya, brandmu sudah menarik di pasaran? sehingga mendorong konsumen menunggu di titik akhir perjuangan? 😂



4. Netral Customers

Secara prinsip, calon konsumen ini masih berada di tahap menimbangkeputusannya untuk membeli produk tertentu. Mereka ini netral, tentu ada usaha ekstra untuk memberikan pengalaman yang relevan terhadapnya.

Bagi pemilik brand, bisa jadi konsumen ini akan menantang dan minim berkontribusi pada pendapatan. Jika kita paham cara merawat dan memperlakukannya justru jadi potensi pendapatan yang menjanjikan.


5. Need-Based Customers


Jenis konsumen terakhir ini tergolong fungsional. Mereka lebih terdorong melakukan pembelian jika stok persediaan di rumah habis, dan barangnya udah cocok banget sama mereka.

Tugas kita sebagai pemilik bisnis, fokusnya memberikan pengalaman baik dari segi brand dan produk sehingga mereka makin nyaman. Bukannya tak ada potensi negatif ya. Konsumen jenis ini juga seringkali berpindah haluan karena fokusnya pada barang yang mereka butuhkan aja, atau tertarik mencoba.

Perlu siap siaga dengan stok produk atau konsistensi pengalaman yang diberikan agar konsumen ini terus jadi pelanggan setia. Kedekatan antara brand dengan konsumen kategori need-based jadi kunci agar mendapatkan hatinya.



Kesimpulan

Perubahan pasar menjadi indikator yang perlu dicermati. Bisnis semakin kompetitif (Red Ocean), setiap orang bisa jadi kompetitor. Terlebih yang memiliki kapital lebih besar, berpotensi menggerus kedigdayaan brand.

Kita harus bijak, fokus ke konsumen adalah jawaban. Merawat kepercayaan dan memahami konsumen. Peranan brand harus dipertimbangkan dalam mengikat persepsi mereka, bukan sekadar kasih produk tepat dan penawaran terbatas. 

Setiap produk pasti ada konsumennya. Tergantung kamu memposisikannya. Kita meyakini bahwa konsumen yang utama dan produk kita jadi solusi bagi mereka✨ 

Semoga Bermanfaat 😊  

Posting Komentar

0 Komentar